Korban Gempa Turki Hadapi Udara Dingin

Tim penyelamat terus berlomba dengan waktu untuk menemukan para korban gempa Turki yang masih terkubur reruntuhan. Hingga saat ini jumlah korban tewas mencapai 366 jiwa, korban luka sebanyak 1301 jiwa, dan puluhan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.

Kantor Perdana Menteri menyatakan bahwa gempa juga menyebabkan kerugian material berupa robohnya 2.000 gedung, seperti dimuat laman MSN pada Selasa 25 Oktober 2011. Di kota Van yang menjadi pusat gempa sebesar 7,2 skala Richter, para pasukan penyelamat terus bekerja siang dan malam mencari tubuh-tubuh tak bernyawa di bawah puing.

Para korban yang berada di jalan harus berjuang melawan udara dingin menusuk kulit dengan hanya berbekal selimut tebal dan makanan bantuan. Beberapa di antara mereka turut membantu mencari korban yang masih belum ditemukan.

"Gempa membuat hidup kami jadi seperti di neraka. Kami berada di luar, udaranya sangat dingin, dan tak ada tenda untuk tempat berteduh," kata Emin Kayram, salah seorang korban. "Rasanya seperti kiamat," kata Mesut Ozan Yilmaz, korban luka yang sempat terkubur hidup-hidup selama 32 jam.

Pencarian korban saat ini berkonsentrasi di kota Ersic yang paling parah terdampak gempa. Para korban masih takut kembali ke rumah karena khawatir masih akan ada gempa susulan lagi.

Pusat Penanggulangan Bencana dan Bulan Sabit Merah Turki dikritik karena dianggap lalai dan lamban dalam memberikan bantuan tenda, selimut, dan makanan. Para korban mengeluhkan jumlah bantuan yang berbanding terbalik dengan jumlah mereka.

Namun beberapa negara, bahkan yang berseteru dengan Turki sekalipun, bersedia mengulurkan tangan untuk meringankan beban para korban. Amerika Serikat, Azerbaijan, Iran, Bulgaria, Israel, Yunani, dan Armenia mengirimkan bantuan walaupun Turki menyatakan saat ini masih bisa bertahan.

0 komentar: