Daya saing pemanfaatan hasil inovasi Indonesia turun tiga tingkat dari tahun sebelumnya.
Menteri Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menuturkan, daya saing Indonesia turun menjadi peringkat ke-94 yang pada tahun sebelumnya menduduki peringkat 91 dunia.
"Mekanisme pasar sangat mempengaruhi peringkat daya saing hasil serapan tekhnologi yang kita hasilkan," kata Suharna saat sosialisasi kerja sama antara Kemenristek dengan Pemprov Sumbar, Selasa, 13 September 2011.
Dari segi inovasi teknologi, ujar Suharna, posisi Indonesia tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Daya saing inovasi nasional tahun ini berada pada peringkat 36 dunia. Kondisi ini muncul, karena kecilnya daya serap pasar terhadap teknologi baru yang dihasilkan para peneliti nasional.
Menurut Suharna, persoalan ini tidak bisa dibebankan pada lembaga riset semata karena menyangkut banyak kebijakan. Kebijakan ekonomi nasional, politik, dan pasar, merupakan persoalan mendasar yang menjadi tumbal merosotnya daya saing penggunaan hasil ristek.
Ia mengakui, hasil inovasi para peneliti nasional kalah bersaing di pasaran. "Keberhasilan inovasi itu bisa didapat bila bisa memenuhi kebutuhan sosial ekonomi masyarakat, saat ini belum," katanya.
Sementara itu, persoalan pasar, menjadi sorotan sejumlah peneliti yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Azwir Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat dalam sesi tanya jawab dengan Menristek mengaku, hasil riset yang dihasilkan lembaganya kalah bersaing di pasaran karena teknologi yang dihasilkan tidak mempengaruhi hasil olahan dari komoditi andalan.
"Kakau, contohnya. Kami buat hasil pengolahan komoditi kakau, tapi tidak mempengaruhi harga jual kakau. Diolah atau tidak, pasar tetap menghargainya sama," kata Azwir.
Kondisi serupa juga dialami sejumlah peneliti yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Budi Kusuma, peneliti dari Universitas Taman Siswa, Padang, mengaku kewalahan untuk memasarkan hasil riset yang dihasilkannya. "Kami berharap pemerintah mewadahi hasil temuan para peneliti ini sehingga inovasi yang kita hasilkan setiap tahun tidak habis begitu saja," katanya. (Eri Naldi, Padang) (adi)
Menteri Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menuturkan, daya saing Indonesia turun menjadi peringkat ke-94 yang pada tahun sebelumnya menduduki peringkat 91 dunia.
"Mekanisme pasar sangat mempengaruhi peringkat daya saing hasil serapan tekhnologi yang kita hasilkan," kata Suharna saat sosialisasi kerja sama antara Kemenristek dengan Pemprov Sumbar, Selasa, 13 September 2011.
Dari segi inovasi teknologi, ujar Suharna, posisi Indonesia tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Daya saing inovasi nasional tahun ini berada pada peringkat 36 dunia. Kondisi ini muncul, karena kecilnya daya serap pasar terhadap teknologi baru yang dihasilkan para peneliti nasional.
Menurut Suharna, persoalan ini tidak bisa dibebankan pada lembaga riset semata karena menyangkut banyak kebijakan. Kebijakan ekonomi nasional, politik, dan pasar, merupakan persoalan mendasar yang menjadi tumbal merosotnya daya saing penggunaan hasil ristek.
Ia mengakui, hasil inovasi para peneliti nasional kalah bersaing di pasaran. "Keberhasilan inovasi itu bisa didapat bila bisa memenuhi kebutuhan sosial ekonomi masyarakat, saat ini belum," katanya.
Sementara itu, persoalan pasar, menjadi sorotan sejumlah peneliti yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Azwir Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat dalam sesi tanya jawab dengan Menristek mengaku, hasil riset yang dihasilkan lembaganya kalah bersaing di pasaran karena teknologi yang dihasilkan tidak mempengaruhi hasil olahan dari komoditi andalan.
"Kakau, contohnya. Kami buat hasil pengolahan komoditi kakau, tapi tidak mempengaruhi harga jual kakau. Diolah atau tidak, pasar tetap menghargainya sama," kata Azwir.
Kondisi serupa juga dialami sejumlah peneliti yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Budi Kusuma, peneliti dari Universitas Taman Siswa, Padang, mengaku kewalahan untuk memasarkan hasil riset yang dihasilkannya. "Kami berharap pemerintah mewadahi hasil temuan para peneliti ini sehingga inovasi yang kita hasilkan setiap tahun tidak habis begitu saja," katanya. (Eri Naldi, Padang) (adi)
0 komentar:
Posting Komentar